Friday, January 30, 2009

Sui Utik : Buah Tengkawang

Tanggal 15 Januari 2007, sekitar pukul 14.00 suasana rumah panjang Sungai Utik terlihat sepi dan lengan. Hanya ada beberapa anak-anak kecil bermain di teras rumah.
Aku yang barusan tiba dirumah panjang merasa bingung dan heran, "kok sepi?? pada kemana ya orang-orangnya?? ke ladangkah" seruku dalam hati.

Ketika aku dan temenku menaiki tangga kecil yang terbuat dari sebatang pohon yang sudah kelihatan lapuk tapi masih kokoh menuju rumah Pak Janggut, kami langsung disambut oleh beliau. "Selamat datang kembali di rumah panjang dan di Kampung Utik" ucap Pak Janggut kepadaku. "Sekarang temennya beda lagi". "Iya pak, akhirnya keinginanku untuk kembali ke Utik terkabulkan" jawabku singkat.

Karena heran rumah panjang terlihat sepi, aku langsung menanyakan kepada Pak Janggut. "Pada kemana pak? kok sepi sekali". Orang-orang pada ke ladang, sekarang lagi panen buah tengkawang. Selain itu juga sedang panen padi. Banyak sekali buah tengkawang disini". Dengan menganggukan kepala, dan menjawab "ooo pantesan sepi sekali".


Pohon tengkawang (Shorea spp) banyak terdapat di kebun masyarakat dan di hutan Sungai Utik. Jenis kayu yang termasuk golongan kayu kelas tiga ini mempunyai ciri pohon yang khas, pohon yang besar, banyak cabang dan berdaun rimbun. Masyarakat Sungai Utik mengakatan klo pohon tengkawang ini berbuah selama 5-7 tahun sekali. Pohon yang sudah mulai berbuah adalah pohon yang umurnya sekitar diatas 10 tahun atau sudah berdiameter 10-20 cm. Jika pohon tengkawang yang sudah berumur puluhan tahun (30-50 tahun) buahnya bisa mencapai 40 bleg (seukuran 1 kaleng cat kapur/kaleng beras). Harga tengkawang di Sungai Utik saat ini perkilonya yang sudah dikeringkan dan dikupas kulitnya adalah Rp 4.000, sedangkan per-bleg (yang masih basah dan masih campur kulit) dihargai Rp 10.000.

Di Kampung Utik, ada istilah pulau; yaitu lahan pribadi yang tidak bisa diganggu yang ditanami tanaman-tanaman keras, seperti durian, rambutan, tengkawang, cempedak dan kawai (sejenis durian). Untuk tanaman tengkawang, disetiap pulau rata-rata terdapat 5-10 pohon tengkawang.

Dari lahan miliknya Pak Janggut diperkirakan terdapat 500 bleg buah tengkawang. "Kira-kira buah tengkawang yang kami panen mencapai 500 bleg-lah" ucap Pak Janggut kepadaku senang. "Tengkawang di Utik ini dari dulu tidak pernah kami tebang. Berbeda dengan kampung lain, banyak pohon tengkawang mereka sudah habis ditebang oleh mereka sendiri maupun para cukong kayu. Di Jalai Lintang ini, Kampung Utik bisa dikatakan yang paling banyak menghasilkan buah tengkawang". Diperkirakan jumlah buah tengkawang yang dipanen dan dikumpulkan oleh masyarakat Utik sebanyak 5.000 bleg. Untuk Pak Janggut saja, dari 500 bleg itu bisa menghasilkan uang sebesar Rp 2.000.000. Nominal uang yang diterima bisa lebih jika semua buah yang dipanen dijual kering/dijual perkilo gram.

Dimulai dari pagi hari, masyarakat Utik beramai-ramai memanen bauh tengkawang. Tua, muda, anak-anak, laki maupun perempuan bergerak ke ladang maupun masuk kedalam hutan untuk mengambil buah tengkawang. Ada juga beberapa orang yang memakai sampan ke hulu sungai untuk mengambil buah tengkawang yang lokasinya jauh dari kampung.
Ketika aku melihat semangat dan aktivitas mereka, aku sangat mengagumi kearifan lokal mereka yang tetap ramah terhadap hutan dan lingkungan mereka. Dengan kondisi hutan yang selalu mereka jaga secara baik, banyak sekali keuntungan-keutungan yang didapat. Salah satunya adalah buah tengkawang, yang merupakan hasil hutan non kayu yang terdapat dikampung mereka.


Buah Nyeka'

Di Kampung Utik saat ini memang sedang musim buah-buahan. Selain buah tengkawang, ada buah langsat, rambutan dan buah nyeka' (kawai). Buah nyeka' adalah buah yang sama persis dengan buah durian. Hanya sja buahnya tidak terlalu besar isi didalamnya berwana orange. Sementara rasa dan bentuk buahnya sama dengan buah durian. Ini pertama kalinya saya memakan buah ini, sekaligus terheran-heran karena klo dikatakan durian, ini bukan buah durian, dikatakan bukan durian mirip durian.

Di Utik buah nyeka' banyak sekali tumbuh diladang dan didalam hutan. Pohon nyeka' berbeda sekali dengan pohon durian. Pohonnya tidak terlalu besar dan mirip-mirip dengan pohon sukun. Setiap mereka pulang dari ladang ataupun memanen buah tengkawang, biasanya mereka membawa pulang buah nyeka'.

Aku tidak tahu apakah buah ini ada dipasaran Indonesia ataupun di Pontianak. Karena ini pertama kali saya melihat buah ini. Jika temen-temen sempet jalan-jalan ke Putusibau atau ke Pontianak mungkin bisa mencari buah ini :)





2 comments:

  1. ama gak mampir ... sekali mampir disuguhi dengan cerita buah tengkawang ... TOP!!! Jadi kapan ikutan bisnis tengkawang nih?

    ReplyDelete
  2. Terima kasih masih mau mampir dan memberi respon. Mau sih bisnis tengkawang, tapi kudu nanam heula euy, sepuluh tahun pak baru bisa panen :)

    ReplyDelete