Monday, August 24, 2009

WELCOME TO BATAM ISLAND

Karena cukup disibukkan dengan sebuah kegiatan bersama teman-teman komunitas di Bogor, akhirnya baru hari ini saya bisa mengupdate blog ini. Perjalanan saya beberapa minggu lalu yaitu ke sebuah pulau yang diwaktu saya kecil saya selalu bertanya-tanya “knapa sih orang-orang yang lulus sekolah disini (Arga Makmur-red) pada pergi ke Batam?. Ada apa disana?”.

Pertanyaan yang sudah berpuluh-puluh tahun terpendam dihati saya bisa saya temukan jawaban beberapa minggu yang lalu ketika saya terbang ke Batam dan tinggal di Batam dan sekitarnya selama empat hari. Berikut ini sedikit catatan saya mengenai perjalanan ke Batam Island.

Batam awalnya dibangun untuk menyaingi Negara Singapura. Negara yang penuh industri dan geliat ekonomi yang cukup cepat. Selain itu juga Batam dibangun untuk menjadi tempat transit atau tempat wisata orang-orang Singapura dan negara lainnya. Jadi tidak heran jika anda tiba di Batam yang banyak anda temukan adalah kawasan industri dan tempat-tempat wisata plus tempat shooping. Dengan struktur jalan yang lebar dan mulus, Batam memang ingin menunjukkan klo Batam adalah suatu daerah yang sudah maju.

Batam sekarang masuk kedalam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dulunya Batam dikelola secara khusus melalui Otorita Batam. Hampir mirip dengan negara sendiri. Semua yang ada di Batam dikuasai oleh Otorita Batam. Tapi sejak adanya reformasi, Otorita Batam dihilangkan dan menjadi Badan Pengelolaan Kawasan Batam.

Selama beberapa hari di Batam saya mengunjungi beberapa tempat di Batam dan sekitarnya. Tempat-tempat yang saya kunjungi adalah beberapa pelabuhan dan tempat wisata. Karena banyak sekali pintu masuk maupun keluar dari Batam, terutama dijalur laut, maka Batam bisa dikatakan Kota yang paling banyak pintu perlintasan internasionalnya. Beberapa pelabuhan yang saya kunjungi adalah Pelabuhan Harbour Bay, Pelabuhan Batam Centre, Pelabuhan Batam Centre, Pelabuhan Sekupang, Pelabuhan Telaga Pungkur, Pelabuhan Sri Bintan (Tanjung Pinang), Pelabuhan Tanjung Uban dan Pelabuhan di Lagoi. Selain pelabuhan saya juga sempat mengelilingi kota Batam dan melihat icon Batam yaitu Jembatan Barelang.

Untuk Pelabuhan Sri Bintan, Pelabuhan Tanjung Uban dan Lagoi lokasinya berbeda pulau dengan Pulau Batam. Jadi kita musti naik speed (kapal cepat) untuk menuju kesana. Dengan tarif Rp 40.000 dan lama perjalanan sekitar 45 menit kita akan tiba di Tanjung Pinang. Dari Tanjung Pinang ke Tanjung Uban kita juga harus kembali naik speed. Dari Tanjung Uban ke Lagoi, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan jalur darat.

Ketika tiba di Lagoi, pemandangan akan sangat berbeda sekali. Lagoi adalah sebuah tempat wisata yang desainnya sangat sempurna. Kawasan wisata bertaraf internasional ini sudah dibangun sejak tahun 1994 dengan luas sekitar 20.000 ha. Kawasan ini dibangun sebagai perwujudan kerjasama ekonomi pertama antara Indonesia-Singapura. Lagoi mempunyai beberapa resort yang loakasinya terpisah antara resort yang satu dengan resort lainnya. Disetiap resort juga terdapat lapangan golf. Pelabuhan di Lagoi juga cukup ramai, setiap 15 menit sekali kapal ferry Lagoi-Singapura datang dan pergi.

Setelah mengelilingi beberapa tempat di Batam, saya kembali ke Batam dan mencari penginapan di salah satu pusat kota Batam yaitu di daerah Nagoya. Cukup lelah juga selama tiga hari muter-muter dan bertemu beberapa orang. Sambil merebahkan tubuh saya kembali teringat akan Lagoi. Kapan ya saya bisa menginap disana dan menikmati salah satu tempat favorit orang-orang Singapura. Kita orang Indonesia kok ngga bisa menikmati keindahan alam dan fasilitas yang ada di Indonesia. Terbesit sebuah pertanyaan didalam benak saya.

Ahh daripada saya terus bermimpi dan menghayal akhirnya saya keluar dari hotel pada malam harinya dan mencari tempat yang asyik untuk nongkrong dan makan. Tak jauh dari penginapan saya menemukan sebuah warung tenda yang cukup nyaman dan enak makanannya. Nama tempatnya adalah Lagoon BBQ and Seafood. Lokasinya pas didepan Nagoya Hill, sebuah mall dan tempat shooping terbesar di Nagoya. Mereka memajang ikan-ikan segar diatas sebuah replika kapal nelayan. Kita dipersilahkan memilih ikannya dan akan dimasak seperti apa. Setelah memilih ikan kita juga dipersilahkan memilih sayurannya. Jelas saya sangat semangat memilih sayur yang terpajang dengan rapi disebelah pajangan ikan ditempat yang berbeda. Dibeberapa deretan sayur tersebut terdapat tumpukan terong panjang berwarna ungu. “Saya minta ini saja sayurnya” jelasku sambil menunjuk kangkung dan terong. Setelah sekitar 20 menunggu, mereka menyajikan sebuah ikan bakar (ikan telunjuk), cah kangkung dan terong goreng sambal terasi. Nafsu makan saya bertambah beberapa kali lipat disaat menikmati masakan yang disajikan. Yaaa mungkin makannya dulu yang baru bisa saya nikmati selama di Batam.