Friday, January 30, 2009

Akhirnya bisa pergi ke Papua...

Siang itu kamis tanggal 28 Agustus 2007 aku diberitahu secara mendadak untuk berangkat ke Sorong, Papua untuk mendokumentasikan acara sidang adat masyarakat Knasaimos Distrik Seremuk, Sorong Selatan.

Rasa kaget bercampur senang karena impianku untuk menginjakkan kaki di tanah Papua akhirnya tercapai. "Inilah pulau besar di Indonesia yang belum aku datangi, setelah mengunjungi Papua, akhirnya aku sudah sedikit mengelilingi pulau-pulau besar nusantara ini" baggaku didalam hati. Salah satu cita-citaku adalah bisa melihat berbagai macam suku bangsa yang ada di Indonesia, melihat kampung-kampung yang ada di Indonesia. Betapa bahagianya.

Karena keputusan ini mendadak, otomatis aku kesulitan untuk mendapatkan tiket penerbangan ke Sorong. Terutama untuk bisa berangkat bersama dua teman lainnya. Dikarenakan hari seninya sudah harus berada di Sorong, maka penerbanganku hanya ada dua pilihan yaitu pada sabtu pagi-pagi menggunakan pesawat Merpati Nusantara dan minggu malam dengan Lion Air.

Sebenarnya aku ingin berangkat pada hari minggu biar tidak terburu-buru. Tetapi disaat mendengar bahwa pesawat ini akan transit sebanyak tiga kali (Makassar, Surabaya dan Ambon) akhirnya aku memilih berangkat dengan Merpati Nusantara yang hanya transit satu kali yaitu di Makassar.

Jum'at malam pukul 12.30 WIB aku baru selesai packing barang-barang yang akan aku bawa ke Sorong. Aku belum sempat packing pada siang harinya dikarenakan pergi ke Jakarta untuk membeli perlengkapan pendokumentasianku yaitu DVCam cassete.

Selesai packing aku berusaha keras untuk tidur karena pukul dua dini hari aku sudah harus berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Pesawat akan take off pukul 05.00 WIB menuju Makassar dan selanjutnya menuju Sorong.

Kira-kira pukul delapan waktu Makassar pesawat kami tiba di Makassar. Pesawat Merpati Nusantara transit di Makassar selama 30 menit. Untuk mengisi waktu luang, aku membeli sebuah buku karangan Baskara T Wardaya yang berjudul Membongkar Supersemar (yang sedikit membuatku jengkel, sepulang dari sorong buku ini tertinggal di pesawat). Rasa penasaran mengenai kebenaran tentang Supersemar ini membuat aku ingin membaca buku karangan Baskara ini.


Kampung Tofot, Distrik Seremuk

Pukul lima sore pada hari senin tanggal 3 September 2007 kami tiba adi Kampung Tofot, Distrik Seremuk, Kabupaten Sorong Selatan. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih sembilan jam dengan menggunakan jalur darat. Jarak antara Sorong-Tofot kurang lebih 46 Km. Tetapi dikarenakan kondisi jalan yang sangat jelek (lebih banyak lumpur dan tanahnya daripada jalan yang beraspal) perjalanan menjadi sangat lama. Dan kendaraan umum yang bisa melewati jalan ini hanya mobil-mobil yang mempunya double gardan. Yang sedikit membuatku kaget, angkutan disini adalah mobil-mobil Mitsubishi Strada, Ford Ranger, dan Toyota HILUX. Di Bogor ataupun di kota-kota kendaraan ini adalah kendaraan-kendaraan mewah yang disayang-sayang oleh yang punya.

Sepanjang perjalanan aku banyak melihat kendaraan-kendaraan mewah ini lalu lalang dengan warna-warna mobilnya sudah tertutup lumpur. Aku sangat menikmati perjalanan ini. Menikmati roda-roda mobil yang melewati dalamnya lumpur ditengah hutan-hutan lebat. Dengan gagahnya mobil Strada ini melewati lumpur-lumpur disepanjang jalan seperti tiada halangan yang berarti. Walaupun berjalan pelan, tapi pasti. Ingin rasanya aku yang membawa mobil dimedan seperti ini.

Kampung Tofot merupakan salah satu kampung yang berada di wilayah adat Knasaimos. Sekarang di kampung ini ada 35 KK, dimana sebelumnya ada 65 KK. Karena kampung ini dipecah menjadi dua kampung yaitu Kampung Sbir, maka sebagian masuk ke kampung Sbir. Jarak Kampung Tofot dan Sbir sangat dekat. Hanya dipisahkan oleh sebuah sungai yang mengalir disepanjang kampung. Di wilayah adat Knasaimos terdapat 16 kampung, yaitu :

1) Haha, 2) Woloi, 3) Kalaugin, 4) Tofot, 5) Sbir, 6) Srer, 7) Gamaro' 8) Laswat, 9) Manggroholo, 10) Sira' 11) Kawowok, 12) Komanggaret, 13) Sayal, 14) Kayabo, 15) Sirir, 16) Kanaya

KNASAIMOS merupakan gabungan dari lima suku yang ada di wilayah Seremuk, yaitu Masyarakat suku Kna, Saifi, Imian, Ogit dan Srer. Knasaimos telah terbentuk menjadi masyarakat otothon dan memiliki struktur pemerintahan adat sejak terjadi dan beradanya Komunitas Adat Knasaimos di wilayah hukum adat Seremuk.

Sidang V Musyawarah Adat Suku Knasaimos Seremuk

Suara dari pengeras suara yang memberikan pengumuman untuk bergotong royong mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan sidang adat membuat tidur kami terbangung. Aku pun langsung melihat dari jendela kaca nako rumah dimana tempat kami menginap. Ternyata sudah banyak masyarakat yang berkumpul dan suasananya begitu semangat. Ketua Adat Knasaimos yaitu Pak Fredrik Sagisolo langsung memberikan arahan dan apa saja yang harus dipersiapkan dan dikerjakan.

Dengan membagi beberapa kelompok dan satu kelompok terdiri dari kaum perempuan, mereka mulai bekerja. Ada yang memasang spanduk, memasang tenda dari terpal, memotong kayu bakar, membersihkan balai desa dan memasak untuk para tamu-tamu yang datang. Masyarakat Kampung Tofot yang kali ini menjadi tuan rumah sidang adat yang kelima ini sangat antusias dan semangat untuk mempersiapkan segalanya agar sidang bisa berjalan dengan baik. Sidang adat memang sudah beberapa kali dilakukan dan selalu berbeda tempat. Pada tahun 1998 dilakukan di Kampung Sayal dimana pra sidang di Kampung Haha. Sidang ini untuk membentuk pengurusan Masyarakat Adat Knasaimos.

Sidang Adat V yang berlokasi di Kampung Tofot ini bertemakan "Menerima dan Menentukan", dengan sub tema "Menata diri berasaskan sejarah dalam musyawarah untuk menentukan hidup sejati diatas tanah leluhurnya". Salah satu tujuan sidang adat ini adalah untuk menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat adat Knasaimos dan pihak lain untuk dapat mengakui keberadaan Hak-Hak Dasar Masyarakat Adat Knasaimos dalam berbagai aspek kehidupan. Didalam sidang ini masyarakat adat Knasaimos banyak mengundang berbagai pemateri dan fasilitator untuk memberikan pengertian-pengertian kepada masyarakat adat baik itu mengenai keberadaan sumberdaya alam yang ada, bagaimana mengelola dan menyelamatkan hutan, sejarah masyarakat adat Knasaimos, dan bagaimana meperjuangkan hak-hak masyarakat adat.

Ada yang membuatku terharu disaat proses sidang yang dilakukan selama empat hari ini, yaitu disaat masyarakat adat menonton film "The Last Frontier", film yang dibuat oleh Telapak dan EIA mengenai penebangan liar di Papua, salah satunya di wilayah mereka dan diselundupkan ke Cina. Ribuan kayu log diangkut keluar kampung mereka dan meninggalkan berbagai luka bagi masyarakat. Saat itu saya perhatikan satu-persatu wajah mereka yang sedang serius menonton. Raut sedih dan terkadang menggelengkan kepala melihat kayu-kayu mereka ditebang dan diangkut ke kapal. Dalam hati aku menjerit "apakah akan selalu seperti ini nasib masyarakat adat yang ada disekitar hutan, yang memiliki hak penuh atas keberadaan hutannya? hanya bisa melihat kehancuran atas hutan yang mereka miliki. Dimiskinkan atas kekayaan alam yang mereka miliki. Ini sangat tidak adil !!!"

Disaat film telah selesai aku mencoba memberikan pertanyaan kepada mereka. "Bagaimana menurut bapak film tadi? apa yang bapak rasakan sekarang?" tanyaku kepada salah satu bapak yang sudah menonton film itu. "Film itu sangat terharu bagi kami, hutan-hutan kami habis, kayu-kayu yang sudah ratusan tahun ditebang. Kami terlambat untuk sadar akan hal ini. Kami harap dengan adanya sidang adat ini masyarakat semakin sadar dan tidak dibohongi lagi oleh perusahaan-perusahaan, oleh orang-orang yang datang untuk menebang kayu kami. Penuh suka cita bagi kami. Kami ingin jaga dan kelola hutan kami sendiri" jawab sang bapak secara tegas.

Malamnya disaat aku mencoba untuk memejamkan mata, aku berharap apa yang disampaikan sang bapak bisa terwujud. "Semoga semua ketidakadilan ini berakhir, semoga masyarakat disekitar hutan diseluruh nusantara ini semakin sadar akan keberadaan hutan mereka dan tidak bisa dibohongi lagi oleh para cukong-cukong kayu, perusahaan-perusahaan yang serakah akan kayu. Aku ingin selalu melihat masyarakat disekitar hutan dan didalam hutan bisa tersenyum puas akan keberadaan hutannya. Bukan menitikkan airmata......"

Entah kapan dan dimana aku bisa melihat itu....Senyuman itu....Hutan yang lebat nan menghijau....Masyarakat adat yang sejahtera....
Atau hanya bisa terus bermimpi ???

3 comments:

  1. selama kita punya cita-cita, hati dan semangat untuk terus berusaha mengubahnya dan bermimipi melihat sebuah senyuman itu, saya rasa cepat atua lambat pasti akan terealisasikan :)
    btw, saya sungguh tertarik dengan keindahan Indonesia, tulisan-tulisan mas sungguh mengeksplor banget :)
    thx ya mas, saya tunggu perjalanan lainnya :)

    ReplyDelete
  2. Thanks jemiro udah mampir...
    Semua cita2 yang kita pegang pasti akan tercapai klo mempunyai keyakinan yang kuat untuk menwujudkannya :)

    ReplyDelete
  3. Thangs mas, kapan2 kunjungi lagi ke Kna Saimos lgi

    ReplyDelete