PLG Seblat Bengkulu merupakan kawasan hutan dengan fungsi khusus yang luasnya hanya 6.865 ha. Ada banyak sekali permasalahan yang terjadi di PLG Seblat, mulai ancaman perkebunan kelapa sawit, perambahan oleh masyarakat dan illegal logging. Kawasan PLG saat ini posisinya berada ditengah-tengah perkebunan kelapa sawit skala besar. Ada beberapa perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi PLG Seblat, diantaranya PT Agricinal, PT Alno dan PT Mitra Puding Mas. Luas masing-masing perkebunan ini ada yang mencapai 15.000 ha.
Berdasarkan survey BKSDA Bengkulu tahun 2002, di PLG Seblat diperkirakan masih terdapat sekitar 90 ekor gajah liar, 5 ekor harimau sumatera, tapir dan jenis satwa liar lainnya.
Gajah yang merupakan mamalia terbesar di Asia ini merupakan hewan yang pintar dan mempunyai daya ingat yang tinggi. Tidak mengherankan jika gajah mempunyai jalur jelajah yang tetap dan ingat akan sesuatu yang pernah mengganggunya. Berat satu ekor gajah dewasa bisa mencapai 3-4 ton. Sedangkan kebutuhan makannya dalam sehari adalah 10% berat badannya.
Satu ekor gajah minimal mempunyai range area sekitar 400 ha. Jadi bisa anda bayangkan berapa sebenarnya luas kawasan yang harus ada di PLG Seblat.
Alhamdulillah aku yang memang belum bisa melakukan apa-apa ini mempunyai kesempatan sebanyak dua kali untuk datang langsung dan melihat situasi dan kondisi satwa yang lucu ini. Melihat gajah makan dan mengunyah sesuatu dimulutnya dan melilitkan makanan dengan belalainya seakan melupakan semua permasalahan yang ada dipikiran. Apalagi disaat mengajak gajah-gajah ini mandi di Sungai Seblat.
Gajah tidak akan pernah mengganggu manusia jika manusia itu sendiri tidak mengganggu ketentraman hidupnya. Kejadian di Bengkulu, Riau dan juga daerah Sumatera lainnya yang memberitakan bahwa gajah adalah binatang buas dan liar yang menyerang manusia adalah salah. Gajah menyerang manusia karena keserakahan manusia itu sendiri. Menghancurkan hutan tempat habitatnya dan membangun perkebunan atau perkampungan di daerah jelajahannya merupakan kesalahan yang tak bisa dimaafkan bagai gajah itu sendiri.
Di Thailand gajah sangat dihargai dan bahkan dipuja. Begitupun di Aceh, hewan ini dahulunya hewan ini sangat diandalkan sebagai alat bantu perang melawan musuh. Dan banyak lagi sejarah-sejarah lainnya yang mengagungkan gajah. Tapi mengapa sekarang, hewan ini dianggap sebagai hama yang merusak, bahkan hewan pembunuh. Akankah kita membuat satwa-satwa gajah ini menjadi hewan yang hanya ada dalam cerita bagi anak cucu kita nanti... seperti cerita-cerita satwa besar dynosaurus.
Peduli akan sesama mahkluk Tuhan adalah sebuah sikap yang sangat terpuji.
Friday, January 30, 2009
PLG Seblat, Bengkulu Utara
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment