From: Dwi Lesmana
X-Yahoo-Profile: a2lesmana
Delivered-To: mailing list lawalataipb@yahoogroups.com
List-Id:
List-Unsubscribe: <mailto:lawalataipb-unsubscribe@yahoogroups.com>
Date: Wed, 25 Jun 2008 21:05:15 +0700
Subject: [lawalataipb] Perayaan Setelah Kemerdekaan Amerika
Selamat Malam, Selamat Pagi, Selamat Siang, ...
Rekan-rekan yang baik, pada akhirnya pendiri Bangsa Amerika sangat
berbaik hati untuk
membantu mengingatkan kita semua. Bahwa sehari setelah kemerdekaan
Amerika yang
jatuh pada tanggal 4 Juli, dan tepatnya hari Sabtu, tanggal 5 Juli
2008 akan dilangsungkan
pertemuan teman karib dan saudara dengan tema :
"Menuju Kebebasan Sebenarnya"
Semoga pada tanggal tersebut Aloysius Dwi Lesmana dan Dwinorma
Pujihastuti dapat
menyelesaikan langkah pertama untuk bersama-sama belajar berbagi hingga perahu
menghilang di pelupuk.
Perjalanan pertama akan dilaksanakan pada pukul 16.00 di Gereja
Kristen Ngipang, dan
dilanjutkan di tempat Alm Bapak Sudarto mulai pukul 19.00.
Semoga senandung yang dapat hadir bisa memberikan semangat dan
percaya bahwa segala
sesuatu harus dimulai, ... Dan akan sangat menyenangkan seandainya ada rekan
yang membawa pemetik suara dan pelantun kata turut hadir pada pertemuan ini.
Salam
Dwi dan Norma
Catatan=
Bumi kita telah kepayahan untuk membuatkan kita secarik kertas, email ini
merupakan pengganti dari kertas tersebut.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Membaca surat yang masuk ke inbox emailku ini, pada awalnya saya tidak menyadari kalau ini adalah sebuah undangan pernikahan. Apalagi disubject emailnya ditulis "Perayaan Setelah Kemerdekaan Amarika".
Undangan yang unik memang, disaat ramenya beberapa bulan ini orang-orang yang menikah dan banyaknya undangan pernikahan yang terkadang undangan tersebut sangat mahal persatuannya jika dicetak. Teman satu kerjaan saya ini lebih memilih mengundang hanya lewat email kepada teman-temannya. Dan Subjectnya pun aneh :p
Berbekal undangan yang hanya ada dikomputer kami, akhirnya kami semua crew Gekko Studio beserta keluarga (bagi yang sudah berkeluarga) berangkat ke Solo untuk menghadiri acara pernikahan kawan kita itu. Karena acara resepsinya pada tanggal 5 Juli 2008, pukul 16.00 WIB, maka kami berangkat dari Bogor pada tanggal 4 July-nya. Berangkatnya kami ke Solo sudah kami rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Tentu tujuan kami bukan hanya Solo tapi akan mengunjungi beberapa tempat yang ada di Klaten, Yogyakarta dan terakhir dataran tinggi Dieng, wonosobo.
Selamat Untuk Om Dwi dan Mbak Norma
Setelah tiba di Solo pada tengah malam, dari pagi hingga siang kami habiskan untuk melepas lelah dan berbincang-bincang dengan calon penganten. Sambil menikmati banyaknya makanan ringan dan teh hangat saya juga menikmati suasana di kampung ini. Khas perkampungan jawa banget, tata bangunan dan rumah yang sudah diatur perblok-blok (petak-petak) dan ada jalannya disetiap blok. Kemungkinan ini adalah bekas pengaruh zaman-zaman kerajaan di Jawa.
Pukul empat sorenya kami sudah tiba di sebuah gereja yang lokasinya tidak jauh dari rumah penganten wanita. Tentu tugas saya seperti biasanya, menjadi tukang poto. Setelah mengambil beberapa moment dalam prosesi pernikahan di gereja saya bisa tahu tahap-tahap pernikahan jika dilakukan di gereja. Maklum selama ini saya belum pernah mengikuti pernikahan di gereja. Proses pernikahan di gereja dilakukan sampai pukul enam sore, setelah itu kembali ke rumah penganten wanita dan acara selajutnya resepsi pernikahan.
Para tamu mulai berdatangan sekitar pukul 19.30 WIB. Banyak tamu yang berada disekitar kampung. Beberapa orang yang datang dari Bogor. Saya sangat menyukai proses resepsi disini. Tenang, tertib, tamu tidak grasak-grusuk dan tamu bisa menikmati alunan musik yang dinyanyikan oleh biduan dari organ tunggal dan lagu yang dinyanyikan para tamu. Walaupun saya tidak mengerti dengan lagu yang dinyanyikan karena hampir semua lagu yang dinyanyikan berbahasa jawa. Untuk menyantap makanan dan minuman kita cukup duduk saja dengan manis karena makanan dan minuman akan dianter oleh pelayan yang ada. Tidak seperti acara pernikahan yang ada di Bogor atau Jakarta yang selama ini saya hadiri. Riweuh, berantakan. Tamu datang, antri ambil makanan trus pulang. Just it if we come to wedding party.
Saat tamu akan pulang, para penganten bergerak menuju pintu keluar dan proses salam-salaman dilakukan disana. Kalo saya perhatikan tamu cukup lama duduk dan menikmati makanan dan menikmati alunan lagu yang dinyanyikan. Mungkin 1-2 jam mereka duduk. Itu merupakan waktu yang cukup lama jika di Bogor atau Jakarta. Jika saat saya lihat proses pernikahan yang ada di Bogor atau Jakarta, mungkin mereka hanya datang, salam pada penganten untuk menunjukkan bahwa kita datang, makan sambil liat sana sini siapa saja yang hadir. Trus salam-salaman lagi dan pulang. Proses itu paling terjadi hanya dalam waktu 15-20 menit. Kok bisa berbeda dengan yang disini ya. Apakah kita ini memang sudah terlalu sibuk untuk menghadiri sebuah acara pernikahan? atau kita memang sudah bosan menghadiri sebuah acara pernikahan dan menganggap acara ini tidak penting?? Silahkan jawab sendiri pertanyaanya.
Happy Wedding Om Dwi, akhirnya datang juga moment itu. Walaupun di gereja sempat bilang ke pendetanya "Saya tidak mencari saat kejadian" disaat ditanya mengenai apakah memang menginginkan seorang pasangan hidup dan mencari seorang pasangan hidup. Yang membuat semua orang hadir tertawa dan ada beberapa orang (perempuan tentunya) protes atas jawaban om dwi hehehe....
Semoga menjadi pasangan yang selalu bahagia dan selalu dimudahkan rezekinya.
Menuju Yogyakarta
Pada keesokan harinya, pagi-pagi kami sudah packing semua barang dan bersiap untuk menuju Yogyakarta alias Jogja...(ekspresinya seperti sebuah iklan di tipi-tipi). Setelah berpamitan dengan tuan rumah kami berangkat menuju Jogja. Sebelum ke Jogja kami sempatkan dulu untuk mampir ke Kraton Solo. Didalam museum kraton solo ini kita bisa melihat benda-benda peninggalan masa kerajaan mataram yang akhirnya menjadi kesunanan surkarta dan terakhir ini dipimpin oleh Paku Buwono XIII. Keraton ini sangat luas dan asri sekali. Selama berada didalam kraton saya selalu membayangkan bagaimana rasanya hidup dizaman kerjaan.
Setelah beberapa jam mengelilingi keraton solo dan istirahat makan jajanan yang ada diseputaran kraton, kita bersiap-siap untuk berangkat menuju jogja. Karena salah satu makanan favoritku adalah bakso, maka saya jajan bakso yang ada diparkiran mobil. Karena biasa pake standar sambel yang ada di Bogor (jumlah perkiraan sambel yang ditaroh dimakok bakso) saat saya akan memakan bakso, akhirnya bakso yang saya beli tadi tidak habis karena pedes sekali. Ternyata sambel bogor dan sambel di solo beda pedesnya. Pertanyaan berikutnya, kenapa sambel yang ada di mamang bakso yang di Bogor dan mamang bakso yang di Solo beda pedesnya ya?
Sekitar pukul 14.00 WIB kami berangkat ke Jogja. Solo-Jogja bisa ditempuh skeitar satu jaman. Saat akan memasuki Jogja, kami langsung belok kanan yaitu di Candi Prambanan. Di kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia ini kami menikamti udara sejuk pada sore hari. Candi yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan DI Yogyakarta ini masih dalam tahap perbaikan dan ada beberapa area sekitar candi tidak bisa didekati. Akibat Gempa yang melanda Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 lalu beberapa bagian candi rusak berat. Diseputaran candi Brahma dan Candi Shiwa sudah dikelilingi dengan pagar agar para pengunjung tidak berada didekat candi. Beberapa bagian candi yang dibangun pada abat ke-9 ini masih berserakan disekitar bangunan utama candi.
Banyak sekali pengunjung yang datang pada saat kita mengunjungi candi prambanan. Mungkin karena bertepatan dengan hari libur sekolah. Setelah puas motret beberapa bagian candi dan belanja pernak-pernik yang dijual disekitar candi kami langsung menuju penginapan yang sudah kami booking sebelumnya. Disekitar candi prambanan ini saya menyempatkan untuk membeli miniatur sepeda ontel yang terbuat dari besi dan mirip sekali dengan bentuk aslinya. Sekedar informasi, dari dulu saya ingin sekali beli miniatur sepeda ontel ini, tapi harnganya untuk di Bogor dan Jakarta bisa mencapai dua ratus ribuan. Disini saya bisa membeli dengan harga lima puluh ribu. Sebenarnya saya ingin membeli dua sepeda ontel, yaitu yang laki-laki dan sepeda ontel yang perempuan. Biar sepasang. Tapi berhubung uang didompet saya hanya ada lima puluh ribu dan itu juga pinjem sama Melly adminnya Gekko, jadi yaa... cukup satu aja dulu. Semoga masih ada kesemptan kesana lain waktu untuk melengkapi koleksi sepeda ontel saya :)
Di Jogja kami menginap di Sari Home Stay di daerah Mundu Catur Tunggak, Sleman. Penginapan yang sangat murah, nyaman dan damai. Semalamnya hanya seratus ribu rupiah. Disini kami menyewa empat kamar untuk dua malam, berhubung kami semuanya ada 12 orang dan duanya anak kecil. Dipenginapan ini aksesnya mudah sekali. Bangunan yang didepannya masih terdapat beberapa petak sawah ini dekat dengan jalan raya dan pusat perbelanjaan.
Selama di Jogja saya lebih memilih ketemu dengan sepupu saya yang sudah lama sekali tidak ketemu dan disela-sela itu saya ingin menyelesaikan dua buah buku yang saya bawa dari Bogor yaitu buku kedua dan buku ketiga Adrea Hirata. Sang Pemimpi dan Endesor. Buku Sang Pemimpi sudah selesai saya baca saat berada di Solo. Tinggal satu lagi yaitu Endesor. Benar-benar buku yang menggugah semangat untuk berjuang, belajar dan berpetualang. Membuat kita jadi mengerti arti sebuah persahabatan, mimpi dan cita-cita. Salut buat Andrea Hirata. Terus terang saya ingin menamatkan satu buku terakhirnya dan ingin sekali bertemu dengan "Simpai Keramat" alias Arai.
Teman-teman yang lain selama dua hari di Jogja belanja di Malioboro dan pergi ke Pantai Padang Tritis. Dengan sepupu ku ini kami labih banyak diskusi mengenai peluang-peluang usaha yang bisa dibangun di tanah kelahiran kami, yaitu Arga Makmur, Bengkulu Utara. Selama dua hari kami membuat konsp detail usaha yang rencananya ingin kami bangun bersama. Sambil manggut-manggut dan tertawa sendiri karena lucu dengan ide ini. Idenya munculnya kok di Jogja. Jauh sekali dengan Arga Makmur. Tapi semoga dengan pertemuan kemaren beberapa tahun kedepan semuanya bisa terealisasikan dan kami punya usaha sendiri. Amien.
Dieng Plateu
Dari DI Yogyakarta, pada hari Rabu tanggal 9 Juli 2008 kami berangkat menuju Wonosobo. Tujuan kami yang terakhir sesuai dengan rencana perjalanan adalah Dataran Tinggi Dieng. Setelah menginap satu malam di Hotel Parama yang terletak di Pusat Kota Wonosobo, subuh-subuh kami sudah berangkat dari hotel menuju dataran tinggi dieng untuk mengejar matahari terbit. Berdasarkan iformasi yang kami terima di rumah makan, melihat pemandangan matahari terbit adalah moment yang sangat menyenangkan.
Perjalanan dari Wonosobo ke Dieng mengingatkanku pada perjalanan menuju Nilgiris, India. berliku, banyak tikungan dan menanjak. Bedanya kalo di Nilgiris pemandangan kanan kiri jalan dihiasi dengan tanaman teh dan beberapa pohon sdangkan di Dieng hanya bukit-bukit gundul, kering dan hanya ditanami sayur-sayuran. Saya membayangkan betapa indah dan damainya jika bukit-bukit yang ada di dataran tinggi dieng ini masih banyak terdapat phon-pohon dengan bertajuk rimbun dan rapat. Tidak akan bosan menikmati perjalanan menuju dieng seperti yang saya alami selama membawa mobil. Perasaan jengkel selama menjadi sopir, selain pemandangannya bosan karena bukit-bukitnya kering dan gundul, selama perjalanan terdapat bau yang sangat menyengat sepanjang perjalanan. Saya sempat bingung ini bau didalam mobil karena ada yang menginjak kotoran atau bau apa. Setelah diselidiki ternyata bau pupuk-pupuk yang ada dipinggir jalan dan pupuk yang diangkut oleh truck menuju ke perkebunan. Maklum pupuk-pupuk itu terbuat dari kotoran ayam. Baunya persis seperti bau terasi. Bahkan lebih menyengat dari terasi.
Kami sempat mengambil beberapa foto dari menara yang ada dipinggir jalan disaat matahari dengan malu-malunya mulai menampakkan diri. Setelah itu kami menuju lokasi Candi Arjuna dan Candi Semar dan beberapa candi yang ada disekitarnya. Suhu udara di Dieng membuat kami mengigil disaat turun dari mobil. Kawasan yang berada diatas ketinggian 2.093 mdpl ini memiliki suhu udara rata-rata 15-20 derajat di siang hari, dan 10 derajat pada malam hari. Kadang-kadang dapat mencapai 0 derajat di pagi hari, terutama pada bulan Juli-Agustus. Gilakan, serasa berada di Puncak Gunung Salak aja :p. Ngga kebayangkan bagaimana perjuangan Ikal dan Arai disaat baru tiba di Eropa dan ditolak oleh penginapannya karena kesalahan administrasi dan si Ikal yang ditimbun dengan daun rowan oleh Arai karena kedinginan, malam pertamanya tiba di Eropa mereka harus bermalam di taman yang bersalju (maklum masih ingat dengan cerita di buku endesor).
Di Dieng yang terletak diantara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo kami mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya. Yaitu Kawah Sikidang dan Telaga Warna. Pantesan dari dulu saya sering mendengar orang bercerita tentang kondisi dieng dan daya tariknya. Karena memang cukup banyak obyek wisata yang bisa kita kunjungi jika datang ke Wonosobo dan Berkunjung ke dataran tinggi dieng.
Akhirnya... setelah sejak kuliah dulu saya pernah mendengar tentang keeksotisan dieng dan ingin sekali kesana bisa terwujudkan dengan berlibur bersama Keluarga Besar Gekko Studio. Thanks Gekko Studio.
Hmm... tentang wedding... Kamu kapan En? HUEEHEHEHE..
ReplyDeleteBtw, walau judulnya adalah perjalanan untuk menghadiri pernikahan, teuteup yaaaahhh... jalan2 ngunjungi tempat-tempat laennya.. HEHEHE...
Tulisanmu membawa angin segar tentang tempat-tempat yang seru didatengin ^_^
Wah untuk menyusul temen satu ini aku mempersiapkan diri dulu deh 2-3 tahun ini. Semoga bisa :p
ReplyDeleteAto klo ngga aku nunggu kamu selesai married dulu vid hehehe.. Ngga enak jugakan aku mendahului :p
Yang namanya jalan-jalan mah harus dan kudu. Kemana pun itu. Buat refreshing.
Kamu harus mengunjungi tuh tempat-tempat yang sudah aku kunjungi. Semoga aku masih tetap punya semangat untuk menuliskan kemana saja tempat-tempat indah yang sudah aku datangin hehehe