Wednesday, May 27, 2009

Sendiri Menyelamatkan Penyu di Pulau Terluar

Beberapa minggu yang lalu saya berangkat ke Bagansiapiapi, Riau untuk menemui seseorang yang katanya berhasil menyelamatkan populasi penyu hijau (Chelonia mydas) di sebuah pulau terluar yaitu Pulau Jemur. Pulau yang berada di Selat Malaka, perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Awalnya dari Bogor saya hanya membaca sebuah profil singkat yang saya terima. Saya belum bisa membayangkan seperti apa bentuk orangnya dan bagaimana orangnya.

Setelah tiba di Riau, kami langsung dijemput oleh sebuah mobil yang memang sudah dipesan untuk langsung membawa kami menuju Bagansiapiapi. Perjalanan menuju Bagansiapiapi sekitar 5-6 jam. Cukup melelahkan memang berjam jam berada didalam mobil.

Karena berangkatnya agak telat, kami tiba di Bagansiapiapi pada waktu malam hari yaitu sekitar pukul 20.00 WIB. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi disaat tiba di Bagansiapapi kecuali mencari penginapan, mandi, makan malam dan langsung tidur karena badan lumayan pegel-pegel setelah beberapa jam berada didalam mobil dan subuh-subuh berangkat ke badara dari Bogor.

Setelah jalan-jalan pagi mengelilingi kota bagan dan melihat klenteng tua yang berada ditengah kota bagan, saya dan dua orang teman menemui seseorang yang memang sudah tujuan kami untuk datang ke kota ini. Cerita berikut ini adalah hasil rangkuman dari catatan saya setelah saya memberikan beberapa pertanyan kepada beliau. Semoga bisa menjadi sebuah inspirasi bagi kita semua.

Awalnya Hanya Penasaran Ingin Lihat Induk Penyu


Sopyan Hadi (34), seorang laki-laki kelahiran Riau ini adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Rokan Hilir. Tak disangka pria yang berpenampilan sederhana ini adalah seseorang yang sudah berhasil menyelamatkan populasi penyu hijau di Pulau Jemur. Setelah banyak mendengar cerita dari beliau ini saya langsung geleng-geleng kepala dan takjub terhadap apa yang sudah dilakukannya untuk melakukan penyelamatan penyu hijau di pulau tersebut. Seorang PNS yang dulunya bekerja di BAPEDA ini masih punya kepedulian terhadap kelestarian alam dan satwa yang terancam punah yang ada di Indonesia.

Awalnya saya hanya ingin melihat seperti apa bentuknya induk penyu. Karena dari dulu penyu ini memang sudah menjadi bahan eksploitasi. Pada saat zaman kerajaan dulu, penyu dan telur penyu itu adalah upeti untuk para raja dan pejabatnya. Nah, sampai dengan sekarang penyu dan telur penyu itu masih diambil dan diperjualbelikan oleh orang-orang yang ada disini. Coba bayangkan bagaimana ngga berkurang dan mungkin habis penyu disini. Dari dulu telur dan induknya diambil terus. Siapa yang tidak sedih, jumlah penyu yang ada di Pulau Jemur saat itu sekitar 30 ekor” ceritanya disaat memulai pembicaraan.

Karena rasa penasaran inilah akhirnya Pak Sopyan nekad berangkat sendirian ke Pulau Jemur. Dari Bagan menuju Pulau Jemur dibutuhkan waktu sekitar 7 jam dengan kapal nelayan. Untuk berangkat kesanapun harus melihat kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca tidak baik atau angin kencang tidak ada satupun nelayan yang berani menuju kesana. Pulau Jemur sering juga disebut Pulau Arwah karena dulunya gugusan pulau ini adalah tempat pembantaian tahanan disaat perang pasifik. Maka tidak heran di Pulau Jemur ini terdapat bangunan benteng-benteng tua dan sumur-sumur tempat pembuangan mayat. Didalam lautnya juga terdapat kapal-kapal yang tenggelam akibat perang. Kabarnya disekitar pulau ini juga orang-orang yang berperang dulunya membuang senjata.

Sampai dengan saat ini di pulau tersebut tidak ada penduduk yang tinggal. Hanya ada pos navigasi (mercusuar) dan pos TNI Angkatan Laut. Dulu kabarnya memang banyak masyarakat yang tinggal di pulai ini. Tapi sejak ada isu ganyang malaysia dulunya, masyarakat disana dipindahkan dan di gugusan pulau tersebut menjadi kawasan militer dan pos TNI.





Gugusan Pulau Arwah ini terdapat beberapa pulau diantaranya; Pulau Jemur 28,494 ha, Pulau Pertandangan 0, 82 ha, Pulau Sarong Alang 10,365 ha, Pulau Tukong Emas 3,911 ha, Pulau Batu Adang 0,84 ha, Pulau Labuhan Bilik 7,801 ha, Pulau Batu Berlayar 0,238 ha, Pulau Batu Mandi 0,8 ha dan Pulau Tukong 0,30 ha.

Karena untuk melihat induk penyu naik ke darat hanya pada saat malam hari dan ingin bertelur. Saya harus sabar menunggu pada malam hari dan tinggal di pulau ini. Disaat pertama kali melihat induk penyu naik ke darat, saya kaget karena bentuknya besar sekali seperti raksasa. Saya langsung bersorak riang sendiri. Karena penyunya melihat saya, penyunya langsung balik lagi ke laut dan tidak jadi bertelur hahahaha.... Itu pejalaran pertama saya. Klo ada penyu yang mau naik ke darat jangan berisik dan sembunyi”.

Dimulai pada tahun 2002 Sopyan Hadi mulai mencari cara untuk melakukan penangkaran telur-telur penyu yang ada. Tidak mudah bagi Sopyan Hadi untuk bisa dekat dengan para nelayan dan TNI AL dimana mereka adalah bagian dari oknum yang mengambil dan menjual telur penyu dan induk penyu hijau. Berbekal dengan perlengkapan yang ada di pulau tersebut Sopyan Hadi mencoba membuat penangkaran seadaanya. Mulai dari ember-ember bekas, kaleng cat bekas dan barang-barang yang sudah tidak berguna lagi beliau jadikan peralatan untuk penangkaran penyu. “Ketika sudah sampai di pulau, tidak mungkin saya kembali lagi ke Bagansiapiapi untuk menyiapkan peralatan dan segala macamnya, mendingan manfaatkan apa yang ada” ucapnya.

Setelah dengan alat yang sederhana dan uji coba penangkaran secara mandiri berhasil walaupun tidak maksimal. Sopyan Hadi mengajak beberapa nelayan dan anggota TNI AL untuk melihat tukik-tukik yang baru saja menetas. Banyaknya nelayan dan aparat TNI AL yang datang melihat, memegang serta memberi makan tukik-tukik tersebut, timbul rasa kepedulian mereka untuk menyelamatkan keberadaan penyu hijau di pulau tersebut. “Mungkin mereka senang lihat tukik-tukik yang lucu-lucu, memberi makan tukik, sehingga mereka sadar apa yang mereka lakukan selama ini salah. Saya menyadarkan mereka melalui tukik itu. Bahwa telur-telur yang mereka ambil selama ini mengakibatkan tukik tidak bisa menetas dan penyu yang ada akan semakin berkurang. Lama sekali saya menyadarkan mereka. Saya tidak pernah banyak bicara, lakukan aja sendiri penangkaran. Trus ajak nelayan dan TNI ngobrol-ngobrol tentang penyu. Prosesnya lama, bertahun-tahun. Saya klo datang ke pulau itu, yang saya bawa adalah kopi, gula dan rokok untuk kumpul-kumpul dan ngariung” jelas Pak Sopyan kepada saya bagaimana dia melakukan pendekatan dengan nelayan dan aparat TNI AL.

Setelah berhasil dengan penangkaran metode sederhana, Sopyan Hadi terus mencoba beberapa metoda lainnya. Beliau mulai menjalin hubungan dengan Pemda Rokan Hilir, Universitas Riau (UNRI) dan beberapa pihak lainnya untuk membantu proses penangkaran. UNRI memberikan alat batu penangkaran dari fiber glass. Pemda juga membantu beberapa peralatan. Gaung penyelamatan penyu hijau di Pulau Jemur pun semakin meluas. Beberapa tahun yang lalu Gubernur Provinsi Riau dan pejabat-pejabat dari Pemda datang ke pukau tersebut untuk melakukan pelepasan penyu yang sudah ditangkarkan. Upaya penyelamatan penyu di Pulau Jemur sudah sampai ke provinsi. Penyu hijau sekarang juga sudah menjadi icon daerah Bagansiapiapi. “Saya sudah cukup lega sekarang. Sudah ringan. Penyelamatan penyu yang saya lakukan sekarang sudah terdengar dimana-mana. Kerjanya sudah mulai tampak.” Perasaan lega dari Pak Sopyan.

Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 diperkirakan Pak Sopyan Hadi sudah melepaskan sekitar 20.000 ekor tukik ke pantai. Jumlah yang sangat besar dari inisiatif satu orang di sebuah pulau. Namun upaya penangkaran ini agar terus berkelanjutan memang membutuhkan bantuan dari pihak lain. Saat ini Pak Sopyan Hadi dengan segala keterbatasannya mengangkat 2 orang anak remaja yang putus sekolah untuk menjaga dan merawat penangkaran penyu yang ada di pulau tersebut. Pak Sopyan Hadi sampai dengan saat ini terpaksa menyisakan uang pendapatannya untuk dua orang yang diangkatnya untuk ditempatkan di Pulau Jemur. “Klo mau jujur pak ya, sekarang ini saya sudah punya keluarga. Berat saya harus membiayai dua orang itu dan membiayai terus menerus penangkaran penyu yang ada. Bantuan dari Pemda juga tidak rutin. Saya menyiasatinya ya dari tamu-tamu yang mau datang ke Pulau Jemur. Saya bilang klo mau menyisakan uang untuk mereka dan penangkaran ya silahkan. Seharusnya ini menjadi kewajiban pemerintah atau BKSDA. Tapi ya beginilah, sampai sekarang tidak ada pemerintah yang mau turun langsung untuk menyelamatkan penyu itu. Karena saya sudah terlanjur cinta terhadap penyu tersebut, yaa saya aja yang bertindak. Bersedekah untuk alam dan lingkungan. Lakukan semampu saya dan apa yang saya bisa lakukan untuk menyelamatkan penyu yang ada di Pulau Jemur” Keluh beliau.

Apa yang dilakukan Pak Sopyan Hadi memang membuat saya terkagum-kagum. Senang sekali bisa bertemu orang hebat seperti beliau. Tak banyak orang seperti beliau. Seandainya di beberapa pulau di Indonesia ini ada orang seperti beliau mungkin negara kita ini bisa dijadikan negara sejuta penyu. Dimana-mana ada tukik yang lucu. Ada penyu yang lucu.

Mimpi dan harapan saya, semoga saya diberi umur panjang. 30 tahun lagi saya bisa kembali ke Pulau Jemur dan bisa melihat 30 ribu ekor penyu yang saya lepaskan balik ke Pulau Jemur untuk bertelur. Karena penyu hijau baru bisa bertelur sekitar umur 3o an tahun. Penyu akan ingat dimana tempat pertama kali ia dilepaskan. Pasti dia akan kembali...

Semoga mimpi dan harapannya bisa terwujud pak. Semoga nanti saya juga bisa datang ke Pulau Jemur. Amien...

9 comments:

  1. Selamat buat Pak Sopyan Hadi yang sudah mendapatkan Kehati Award untuk Kategori Pendorong Lestari Kehati. Senang bisa ketemu lagi dengan bapak kemaren di Jakarta. Senang bisa ketemu dengan orang-orang hebat dalam penyelamatan alam dan lingkungan. Semoga setelah mendapatkan award ini, tambah semangat untuk menyelamatkan alam dan lingkungan. Penyu di Pulau Jemur tambah banyak.

    Berikut link dari berita2 tentang pemenang kehati award:

    1. http://www.thejakartapost.com/news/2009/05/26/six-people-receive-kehati-biodiversity-awards.html

    2. http://sains.kompas.com/read/xml/2009/05/26/17034585/Kehati.Kembali.Berikan.Penghargaan

    3. http://embassyofindonesia.eu/six-people-receive-kehati-biodiversity-awards/

    ReplyDelete
  2. hidup kura2 ninja horeee...........aku cinta ma penyu en, maksih dah diselamatkan....dulu aku praktek di cikepuh. bercanda ma tukik2 hihihihihi cute

    ReplyDelete
  3. kura2 ma penyu sama gak?
    aq pernah beli tuch sepasang 3 bintang yang minta ,,,
    simpan di aquarium eh' mati..:-(

    ReplyDelete
  4. Kura-kura dan penyu beda atuh bu. Dari bentuk fisik juga beda... Penyu di laut, kura2 didarat dan di air tawar. Kura2 bekaki klo penyu punya sirip bukan kaki. Bentuk tempurung atau karapasnya juga beda..

    oya berita para pemenang kehati award ada di Harian Kompas hari ini di hal 13. Nyoba cari link di webnya ternyata yang edisi cetak ngga update

    ReplyDelete
  5. Love the story, En! Well said and well written.. hehehehe.. Yah, kita memang selalu butuh orang2 yang punya dedikasi tinggi untuk menyelamatkan lingkungan.. Kadang jiwa penyelamat seseorang itu selalu terhalang dengan yang namanya : CAPITAL (alias modal!). Kreativitas jadi terhambat, lingkungan atau apapun jadi tidak selamat. Yah, cerita ini jadi contoh bagaimana perjuangan Pak Sopyan Hadi yang tidak mau kalah oleh hambatan yang dihadapinya..

    Like the story! Jadi, menulis terus ya.. hehehehe..

    ReplyDelete
  6. woww.. blog nya baguss...
    Jadi pengin jalan2 kesana.
    selama ini aku cuma muter2 sekitaran jogja doang, di www.yangpentinghepi.wordpress.com

    ReplyDelete
  7. huhuhhuu... *terharu seterharu-harunya*

    menjuraaaaa bgt kpd pak sopyan...

    terimakasih utk pak een yg udah berbagi cerita bagus ini... *msh terharu*
    udah semestinya, cerita2 kek gini dipublikasikan seluas-luasnya utk memberitakan dan mengajak peduli...
    *pengen nyumbang seadanya*

    ReplyDelete
  8. Sukacoklat: Silahkan datang ke pulau jemur. Oktober ini akan ada kegiatan pengkarang dan pelepasan tukik yang disudah ditangkarkan :)

    memeth: Terima kasih atas kunjungannya. Jika ingin berdonasi silahkan saja hubungi Pak Sopyan Hadi. Kirim saja informasinya (HP anda) ke email saya (irawanputra@gmail.com), nanti saya akan kirim no kontak pak Sopyan Hadi.

    ReplyDelete