Mungkin tidak sedikit orang yang menganggap
ubikayu adalah makanan yang murahan, kuno dan dikonotasikan makanan untuk orang
kampung dan orang miskin. Pola pikir seperti inilah yang sedang dilawan oleh
Kelompok Tani Wonosari di Desa Bunde, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju.
Pardio (57 tahun) adalah ketua Kelompok Tani
Wonosari dan memiliki 28 orang anggota. Pardio yang biasa dipanggil Pakde ini
bersama dengan istrinya Suwarti (53 tahun) sudah membuktikan bahwa ubikayu bisa
diolah menjadi berbagai jenis makanan. Bahkan banyak tamu yang tidak tahu bahwa
berbagai menu makanan dan kue-kue yang disajikan di rumahnya ataupun di
berbagai acara resmi pemerintahan seratus persen bahan bakunya dari ubikayu. Kue-kue
yang disajikan banyak macam, rasa yang enak dan rasa ubikayunya seperti sudah
tidak ada.
Sebelumnya Pardio dan warga Desa Bunde hanya
tahu klo ubikayu hanya bisa dimasak dengan cara di goreng ataupun direbus.
Kadang, mereka pun malu menyajikan ubikayu yang direbus dan digoreng tersebut
sebagai sajian untuk tamu.
Melihat berlimpahnya tanaman ubikayu di Desa
Bunde dan di desa sekitarnya, salah satu perusahaan minyak dan gas lepas pantai
yaitu Statoil Indonesia Karama yang sedang melakukan survey dan eksplorasi seismik
melakukan program community development (CSR) dengan memberikan berbagai
pelatihan, pendampingan dan peralatan untuk mengolah ubikayu. Harapannya
kedepan masyarakat bisa mengolah sumberdaya lokal menjadi efektif, berguna dan
bisa menambah pendapatan rumah tangga.
Suwarti (53) istri Pardio yang sedang menyajikan berbagai jenis makanan dari ubikayu dan tepung dari ubikayu |
Sejak pelatihan yang dilakukan pada bulan
Agustus 2012, Pardio dan anggota kelompok taninya sudah bisa membuat berbagai
macam jenis makanan dari ubikayu. Mulai dari kue tradisional seperti; jepa,
tiwul, nasi ubi. Kue basah; brownies, bolu, donat, bakpau serta berbagai jenis
kue kering atau jajanan yang dibuat dari tepung ubikayu. Hasil olahan Kelompok
Tani Wonosari sekarang sudah sering mendapat pesanan berbagai acara resmi
pemerintah daerah.
Pardio yang juga mantan Kepala Desa Bunde
selama 22 tahun ini menyampaikan bahwa keinginannya saat ini adalah mengajarkan
kepada warga sekitar rumahnya untuk bisa mengolah ubikayu menjadi tepung,
sehingga bisa mengolah tepung tersebut menjadi berbagai macam jenis makanan.
Akhirnya warga sudah tidak perlu lagi ketergantungan tepung terigu impor.
“Selama inikan kita tidak pernah diajarkan dan didorong mandiri mengolah
sumberdaya lokal yang ada di desa. Selalu dipengaruhi oleh produk luar dan
cenderung tidak bergizi. Sekarang warga disini sudah tahu bagaimana mengolah
ubikayu menjadi berbagai jenis kue-kue. Bahkan bisa menjadi pengganti beras.
Ubikayu sudah tidak dianggap kuno lagi” ujarnya.
Makanan-makanan olahan dari ubikayu Kelompok
Tani Wonosari juga sudah ikut dalam berbagai pameran. Terakhir ini makanan
olahan dari ubikayu mereka ikut dalam pameran Hari Ulang Tahun Sulawesi Barat
yang dilaksanakan di halaman kantor Gubernur Sulawesi Barat dan pameran Hari
Pangan Sedunia yang dilangsungkan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. “Harapan
saya, upaya yang kami lakukan bisa diikuti oleh kemauan politik Pemerintah
Daerah untuk mendukung pengembangan pangan alternatif selain beras dan
pemanfaatan sumberdaya lokal. Saya ingin anak-anak kita terbiasa mengkonsumsi
ubikayu. Tidak lagi gengsi mengkonsumsi ubikayu dan jajanan yang tidak sehat
dan tidak bergizi bisa dikurangi” ucap Pardio.
Pangan Alternatif dan Kedaulatan Pangan
Apa yang sudah dilakukan Pardio bersama
kelompok taninya merupakan upaya sederhana dari masyarakat yang berada di desa
untuk mengembangkan pangan alternatif dan mengembangkan sumberdaya lokal.
Kedaulatan pangan bisa dimulai dari cara sederhana dan dimulai dari level desa.
Kendala-kendala dalam mengembangkan tanaman
padi di suatu daerah untuk sumber pangan karena pengaruh perubahan iklim,
topografi, sumber air dan mahalnya biaya perawatan tanaman padi bisa diganti
dengan sumber pangan alternatif seperti ubikayu. Tanaman ubikayu cenderung
lebih mudah tumbuh dan tidak rentan terhadap hama seperti yang sering terjadi
pada tanaman padi. Ubikayu yang digolongkan sebagai bahan pangan sumber
karbohidrat dalam setiap per 100 gram mengandung energi 154 kalori, karbohidrat
36,80 gram, protein 1 gram dan lemak 0,30 gram. Ubikayu juga mempunyai
keunggulan berdasarkan aspek ketersediaan dan nutrisi. Keunggulan ini sangat
memungkinkan untuk menjadi faktor pendorong program diversifikasi pangan dengan
ubikayu sebagai kalori alternatif utama.
Indonesia memiliki berbagai macam jenis
pangan alternatif selain beras yang bisa dikembangkan. Ubikayu, ubijalar,
jagung, sagu, kedelai, sorgum, pisang dan talas. Sayang semua sumber pangan
lokal ini belum ada yang dikembangkan secara maksimal. Pemerintah masih belum
berani menutup kran impor dan memberdayakan masyarakat lokal untuk sebuah
kedaulatan pangan dan pengembangan pangan alternatif.
Kue Bolu yang bahan bakunya dari ubikayu |
Kue kering dari ubikayu |
Kue lapis dari ubikayu |
Rengginang dari ubikayu |
Tepung buatan Kelompok Tani Wonosari, bahan baku untuk membuat berbagai macam makanan |
No comments:
Post a Comment