Ida Ayu Rusmarini |
Tidak ada yang meragukan Indonesia adalah sebuah negara kaya akan
sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Salah satu manfaat
keanekaragaman hayati ini adalah menyediakan berbagai macam jenis tanaman yang
bisa dijadikan tanaman obat. Namun karena keterbatasan pemahaman dan keinginan
masyarakat sekitar untuk mengenalnya, potensi keanekaragaman hayati ini
terabaikan serta tidak dimanfaatkan secara optimal.
Banyaknya tanaman-tanaman liar dan tanaman yang ada disekitar yang
bisa dijadikan tanaman obat dan merasa prihatin dengan kemiskinan yang melanda
warga di sekitar kampungnya, serta banyak anak-anak yang putus sekolah membuat
Ida Ayu Rusmarini (52 tahun) kembali ke kampung halaman dan berbuat sesuatu
untuk mereka. Berbekal dengan pengetahuan tentang pertanian dan tanaman-tanaman
obat Ida Ayu Rusmarini mengajak mereka yang tinggal di Banjar Tunom, Desa
Singakerta, Kecamatan Ubut, Kabupaten Gianyar-Bali mengenali tanaman sekitar
dan mengenali khasiatnya.
Lulusan Magister Pertanian Universitas Udayana yang sering dipanggil
Ibu Dayu ini sudah lebih dari lima belas tahun mendampingi dan mengajari warga
sekitar untuk mengenal tanaman-tanaman langka dan tanaman obat. Ibu Dayu juga
mengajarkan cara pijat kesehatan dan massage kepada para ibu-ibu yang kurang
mampu dan bebeberapa perempuan yang ditinggal suami. Saat ini hampir semua
dampingan Ibu Dayu sudah punya usaha sendiri yaitu spa dan massage, salon,
penjualan bibit-bibit tanaman obat dan tanaman langka serta usaha memasak
makanan khas bali. "Saya ingin ibu-ibu disini bangkit dari
keterpurukannya. Menunjukkan kemampuan mereka untuk menjalani kehidupan dan
tidak bergantung kepada orang lain. Sekarang mereka semua sudah mampu
menyekolahkan anak-anak mereka. Tidak ada lagi anak-anak yang putus
sekolah" ungkap Ibu Dayu ketika saya berkunjung ke rumahnya.
Sekarang masyarakat sudah mulai
mengenal jenis tanaman yang bermanfaat untuk obat. Mereka sudah
menanam tanaman obat, tanaman langka,
tanaman upakara dan tanaman lainnya di pekarangan rumah dan di sekolah-sekolah.
Tidak sekedar mengarahkan dan memberi teori, Ibu Dayu membuktikan
apa yang sudah diucapkannya. Lahan disekitar rumahnya yang memiliki luas sekitar
1,5 ha sudah ia tanami 384 jenis tanaman langka, tanaman obat dan tanaman
upakara. Berbagai jenis tanaman obat seperti kluwek, majegau, buah base-base,
daun prasman, bakung putih, kumis kucing dan lain-lain tumbuh liar disamping
rumahnya. Ia mengungkap bahwa tanaman-tanaman obat ini tidak perlu diberikan
perlakukan khusus. Tanaman obat ini harus tumbuh liar setelah ditanam agar
khasiatnya maksimal. Jika dirawat dan diberikan pupuk khasiat tanaman tersebut akan berkurang.
Ibu Dayu sudah membentuk kelompok yang bernama Putri Toga Lurus
Limbung Puri Damai yang anggotanya terdiri dari 45 KK. Selain menanam berbagai
tanaman obat, Ibu Dayu juga mengajarkan kelompoknya membuat minyak penyubur
rambut, membuat lulur, cara massage, memasak, mengajar tari untuk anak-anak dan
lain-lain. Hasilnya, sudah banyak ibu-ibu dampingannya yang membuka usaha
sendiri. Halaman rumah penduduk sekitar sudah penuh dengan tanaman-tanaman
obat-obatan. Anak-anak disekitarnya pun sudah bisa menari tarian bali. Tanaman
obat yang ditanam warga akan ia beli jika dia membutuhkan tanaman-tanaman obat
tersebut untuk pengobatan di kiniknya. Ada beberapa warga yang sudah rutin
menjual dedaunan yang sudah dipotong-potong ke klinik. Saat ini hampir seluruh
Bali sudah ia kunjungi untuk memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai
tanaman-tanaman obat tradisional Bali. Bukan hanya menyadarkan warga sekitar
Bali, Ibu Dayu juga sudah mengajak sekitar 30 rumah makan dan hotel terkenal di
Ubut dan Denpasar untuk menerapkan bio
watertreatment dalam mengelola limbah cairnya. Membuat bak-bak penampungan
sementara dan ditanami tenaman-tanaman penyerap B3 sebelum disalurkan ke sungai
ataupun ke sawah-sawah penduduk.
Nyoman Wendri warga Banjar Tunom mengungkapkan bahwa Ibu Dayu adalah
orang yang sangat perhatian kepada ibu-ibu sekitar dan kepada anak-anak.
Memberikan pendampingan dan pembelajaran kepada warga sekitar secara sukarela.
Ibu Dayu juga melatih anak-anak agar pandai menari tarian-tarian Bali.
"Dia ingin mengangkat martabat dan derajat perempuan. Tidak pernah
pilih-pilih dalam bergaul dan mengajari orang. Kami semua datang dan belajar
karena dia berikan ilmunya secara gratis" katanya.
Mendampingi dan mengajari ibu-ibu agar bisa massage dan pijat
kesehatan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan dan diterima oleh para
suami. Dimata para suami pekerjaan sebagai ahli massage dan pijat adalah
pekerjaan yang cenderung dipandang negatif. Cukup lama Ibu Dayu mencoba
menjelaskan kepada para suami dari ibu-ibu yang diampinginya bahwa pekerjaan
ini adalah murni perkerjaan yang membutuhkan kemampuan dan pekerjaan
profesional. "Rumah saya pernah didatangi oleh salah seorang suami dari
ibu-ibu yang saya dampingi. Dia marah-marah karena istrinya dikira akan
dijadikan PSK karena diajarin pijat. Saya coba jelaskan dan beri pengertian
bahwa kemampuan yang dimiliki sang istri nantinya bisa membantu ekonomi
keluarga dan bisa membantu menyekolahkan anak-anak mereka. Itu terbukti
sekarang. Sekarang sang suami sangat baik kepada kami. Dia bahkan ikut bantu
kerjaan-kerjaan suami saya. Anak-anaknya membantu saya di rumah sepulang
sekolah. Saya tidak mau mereka bekerja disini tapi tidak sekolah"
ungkapnya. Dia juga menambahkan bahwa ada salah satu suami dari perempuan yang
dia dampingi kembali lagi setelah sang perempuan tersebut sukses membuka usaha
spa dan massage. Sebelumnya sang suami pergi ke Kalimantan dan meninggalkan
sang istri.
Ibu Dayu mengungkapkan bahwa dengan peduli dan memperhatikan
lingkungan manusia bisa hidup sehat. Jika manusia itu sehat dia akan menjadi
cerdas. Penyakit datang dikarenakan lingkungan yang tidak bagus. Lingkungan
terkecil sekalipun yaitu lingkungan di rumah tangga harus bagus. Di Bali,
budaya menanam memang harus diterapkan. Apalagi di Bali banyak sekali
upakara-upakara yang membutuhkan berbagai jenis tanaman. Tanaman yang dijadikan
bahan-bahan upakara adalah tanaman-tanaman yang bisa dijadikan tanaman
obat-obatan.
Walaupun lahir dari keluarga dokter dan banyak saudara-saudaranya
yang menjadi dokter, Ibu Dayu tetap memperkenalkan khasiat obat-obatan
tradisional yang berasal dari tanaman-tanaman sekitar dan tanaman langka.
Ketika memulai obat-obatan tradisional masih banyak pasiennya yang meraba-raba
dan coba-coba khasiat obat-obatan tradisional. Setelah mencoba banyak yang
merasakan khasiat dari obat-obatan tradisional tersebut. Dia mengatakan bahwa
reaksi obat-obatan tradisional memang lambat karena butuh waktu untuk diserap
oleh tubuh. Berbeda dengan obat-obatan kimia yang reaksinya cepat. Tetapi saat
ini banyak orang yang resisten dengan obat kimia dan banyak penemuan-penemuan
penyakit yang tidak bisa terobati oleh medis. Oleh karena itu mereka cenderung
kembali ke alam.
Sekarang sudah banyak yang datang ke klinik Ibu Dayu untuk berobat
dengan obat-obatan tradisional atau obat herbal. 40% pasien yang datang ke Ibu
Dayu adalah orang-orang asing atau mancanegara. Rata-rata pasien yang datang
adalah pasien yang menderita penyakit degeneratif atau penyakit yang mengiringi
proses penuaan, seperti penyakit kanker, jantung, diabetes, stroke dan
osteoporosis. 78% pasien yang datang adalah penderita kanker. Ibu Dayu tidak
pernah mematok harga bagi warga sekitar ketika datang berobat. “Saya adalah
seorang dokter alam yang dibayar dengan pisang, ubi dan sayur-sayuran. Karena
mereka yang datang berobat adalah orang yang tidak mampu membayar dengan uang.
Itu tidak masalah bagi saya. Saya senang bisa membantu mereka. Tapi klo
orang-orang luar negeri memang ada harga khusus” ungkapnya.
Ida Ayu Rusmarini yang disaat masih muda sebagai seorang penari Bali ini sudah banyak memprakarsai kegiatan-kegiatan yang
membantu kelestarian lingkungan, khususnya tanaman obat dan pemberdayaan
masyarakat khususnya perempuan dan anak-anak. Perempuan yang selalu semangat
dan selalu tampil ramah ini telah melestarikan kembali terapi dan pengobatan
tradisional Bali. Saat ini Ida Ayu Rusmarini menjadi salah satu nominator Kehati
Award 2011. (EN)
Ibu Dayu sedang memberikan pelatihan pijat kesehatan kepada anggota kelompoknya |
Ibu Dayu sedang mengajarkan tarian bali kepada anak-anak di sekitar rumahnya |
bu Dayu menjelaskan beberapa tanaman yang ditanam untuk menyarap limbah B3 di bak-bak penampungan limbah di salah satu restoran di Ubut |
Salah satu perempuan dampinngan Ibu Dayu telah sukses mendirikan usaha pembibitan |